Monday 5 May 2014

Serupa Sepasang Kekasih

Source: Getty Images | #183048044
Mengapa kopi. Bukan Teh, Coklat, atau banyak rupa nama minuman lainnya. Bukankah untuk menghasilkan secangkir teh harum nikmat yang berkualitas pun dibutuhkan kerja keras. Bukankah hal yang sama juga melekat pada berbagai minuman dan makanan lainnya.

Sederhana saja, kawan. Karena aku suka kopi. Bukan teh atau coklat. Semuanya sama memang, tak beda. Untuk satu yang baik dan memiliki nilai kualitas, selalu lekat dengan kerja keras. Bukan hanya minuman makanan, bukan sebatas itu. Untuk hal apa saja, bila nilai baik dan kualitas adalah yang kita idam-idamkan, tak lain dan tak bukan, maka kerja keras adalah urusan nomor satu.

Kerja keras bukan hanya diterjemahkan dengan hal berpeluh-peluh dan menguras tenaga hingga titik terkuat tubuh kita mampu menanggung beban, kawan.

Keteguhan hati untuk melakukan satu hal sederhana pun adalah kerja keras. Izinkan ku contohkan dari satu peristiwa sederhana. Dikebun kopi dipedalaman pucuk gunung di dataran gayo. Tebes Lues nama daerahnya. Penuh kebun kopi dari ujung ke ujung. Sungguh bila kopi adalah manusia, maka warga dengan populasi terbanyak adalah kopi.

Saturday 8 March 2014

Privilege Secangkir Kopi


Dibesarkan di wilayah pesisir, dan sekarang menetap disalah satu tempat dimana aroma kopi adalah aroma sehari-hari. Dataran tinggi Gayo. Salah satu surga kopi di dunia. Tempat dimana aku bisa mencicipi kopi dengan rasa dan kualitas berbintang-bintang, namun dengan harga yang sangat murah. Dipetik dari kebun dan pohon terbaik, diracik oleh tangan para peracik kopi alami, namun tak kalah dengan barista international.

Tapi bukan berarti tempat ini terpencil yang tak kenal peradaban kopi dunia. Jangan salah kawan, roaster kelas international bertabur di dataran tinggi gayo ini.

Memang aku suku Aceh, berbeda dengan para penghuni dataran tinggi ini, suku Gayo. Tapi ketika kau bicara kopi, mengertilah satu kode etik alam yang berlaku diseluruh galaksi.

Kopi Bagiku

Bagiku secangkir kopi, adalah secangkir kehidupan. Menyesap aroma yang menguar dari cangkir, maka menyesap aroma kerja keras, cinta, dan pengabdian. Perjalanan dari sebutir biji, yang tumbuh di atas lahan, menghasilkan tandan tangkai berbonggol-bonggol, dipetik dengan kesabaran, satu demi satu, dijemur, dipilih, disangrai, dan diseduh pada akhirnya.

Aku dilahirkan dan besar di pesisir Aceh. Provinsi paling barat dan salah satu daerah terkaya di negeri yang menjadi sabuk khatulistiwa, Indonesia. Tanah kelahiranku adalah tanah yang bukan hanya kaya alamnya, namun juga kaya sejarahnya.

Pada masanya dulu, kesultanan Aceh adalah negara berdaulat yang disegani bahkan oleh Britania Raya yang armada lautnya diakui sebagai satu yang terkuat. Aceh adalah negara di benua asia yang memiliki akademi angkatan laut dan angkatan darat yang tangguh. Aceh adalah negara yang dihormati dan dikenal hingga ke pelosok padang pasir afrika.

Surat dengan tinta emas murni dari Sulthan Aceh, masih diabadikan dengan hormat dalam musium Inggris. Dan kabarnya, masih bertumpuk-tumpuk kekayaan harta dan sejarah Aceh di musium Belanda, hasil dari penjajahan negeri oranje itu di ujung kekuasaannya di nusantara, meskipun pada kenyataannya, Aceh tidak sepenuh pernah takluk pada Belanda.

Takengon




Awalnya, tulisan ini adalah tulisan pembuka pada 
blog khusus mengenai Dataran Tinggi Gayo.
Namun karena beberapa kendala teknis, 
blog tersebut tidak bisa kami akses lagi.
Tulisan ini diposting di blog Koffie Blossom ini 
dengan beberapa tambahan.
(SFA)

Takengon. Kota yang terletak di tepi danau Lut Tawar ini adalah ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Kurang lebih sekitar 320 Km dari Kota Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh. Dibutuhkan sekitar 8-10 jam perjalanan untuk menuju Takengon.

Meskipun secara umum, masyarakat Aceh menyebut nama kota ini dengan Takengon, kenyataannya penduduk asli dataran tinggi Gayo menyebut kota ini dengan nama aslinya,Takengen. Pakai ‘e’ bukan ‘o’. Dengan dua cara pengucapan ‘e’. Yang pertama diucapkan seperti dalam kata bebek, dan ‘e’ yang kedua seperti dalam kata elang.

Kami banyak bertanya mengenai sejarah nama Takengen.